
Bulan Imunisasi Anak Nasional Kampanye Bayi dan Balita Terhindar Campak-Rubela dan Kejar Imunisasi
Heibogor.com – Wali Kota Bogor, Bima Arya didampingi Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yane Ardian, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, MARS, dan Anggota DPRD Kota Bogor, Muaz HD meninjau pelaksanaan kick off Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Posyandu Wijaya Kusuma, Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, pada Kamis (4/8/22) pagi.
Diketahui, BIAN di Indonesia dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama sudah dilaksanakan di luar Pulau Jawa pada bulan Mei, dan tahap kedua dilaksanakan di Pulau Jawa dan Bali pada bulan Agustus 2022 di mana kick off dilaksanakan di Kabupaten Karawang pada tanggal 03 Agustus 2022.
Di Kota Bogor, pelaksanaan BIAN sudah dimulai pada tanggal 01 Agustus 2022. Kick Off di Kota Bogor baru dilaksanakan pada hari ini tanggal 04 Agustus 2022 di Posyandu Wijaya Kusuma, Kelurahan Kedung Jaya, Puskesmas Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, dengan jumlah sasaran 76 bayi dan balita.
Kegiatan BIAN di Kota Bogor dilaksanakan di 25 puskesmas, 959 posyandu dan 22 rumah sakit dengan jumlah sasaran BIAN di Kota Bogor tahun 2022 sebanyak 54.281 dengan rincian sasaran imunisasi campak rubella sebesar 54.281 bayi dan balita. Sedangkan sasaran imunisasi kejar sebesar 27.227 bayi dan balita, dengan rincian OPV (Oral Polio Vaccine) 11223 anak, IPV (Inactive Polio Vaccine) 14463 anak, dan DPT HB Hib 24790 anak.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno menjelaskan, BIAN adalah pelaksanaan program imunisasi yang diperuntukkan bagi sasaran anak di Indonesia, baik bayi dan balita sampai dengan usia 59 bulan dengan rangkaian kegiatan meliputi pemberian imunisasi tambahan Campak-Rubela dan imunisasi kejar untuk melengkapi status imunisasi balita.
“Target sasaran kampanye Campak-Rubela adalah bayi dan balita usia 9-59 bulan tanpa melihat status imunisasi Campak-Rubela sebelumnya, dan target sasaran imunisasi kejar adalah bayi dan balita usia 12-59 bulan untuk melengkapi status imunisasi yang terlewat/belum lengkap,” jelasnya.
Dalam mendukung pelaksanaan BIAN lanjutnya, telah dilakukan sosialisasi BIAN ke tenaga kesehatan dan fasyankes serta lintas sektor, melakukan pendataan sasaran, melakukan sosialisasi dan pelatihan Aplikasi Sehat Indonesia-Ku (ASIK), sosialisasi dan publikasi di Kota Bogor, Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dalam persiapan pelaksanaan dan pemenuhan logistik vaksin (BHP, Vaksin dan lainnya).
“Setelah pelaksanaan BIAN akan dilakukan monitoring dan evaluasi serta sweeping bagi sasaran BIAN yang belum diimunisasi bulan September 2022,” paparnya. Retno mengatakan, pelaporan BIAN dilakukan secara rutin melalui aplikasi ASIK dan laporan manual yang dikirim maksimal pukul 14.00 setiap hari. Selain kegiatan BIAN pada bulan Agustus dilaksanakan juga Bulan Penimbangan Balita dan pemberian Vitamin A.
Dengan adanya kegiatan BIAN ini diharapkan semua elemen masyarakat bisa ikut berperan aktif untuk menggerakkan orang tua bisa datang membawa anak ke posyandu untuk atau fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi. “Sehingga anak-anak sehat dan dapat mencapai dan mempertahankan kekebalan populasi yang tinggi dan merata sebagai upaya mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisas (PD3I) khususnya di Kota Bogor,” ucapnya.
Retno mengungkapkan, dasar dilakukan BIAN, pada saat pandemi lalu angka imunisasi turun secara nasional. Di Kota Bogor juga demikian. Karena posyandu ada yang tutup, orang takut menimbang anaknya, sehingga cakupan imunisasinya turun sehingga penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi tadi akhirnya muncul lagi di beberapa daerah.
“Kota Bogor juga kemarin ada kasus Difteri dan Campak yang sebelumnya sudah hilang, karena cakupan imunisasinya turun akhirnya muncul. Nah, itu dasar kenapa dilakukan BIAN,” bebernya. Di lokasi yang sama, Wali Kota Bogor, Bima Arya meminta semaksimal mungkin anak-anak usia 9-59 bulan itu diberikan imunisasi dasar lengkap. Jika
tidak mendapatkan imunisasi lengkap maka sangat rawan sekali dan akan berpotensi menderita berbagai macam penyakit seperti Campak, Rubela, Polio, Difteri, Pertusis (batuk rejan), Hepatitis B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak). Makanya ini harus lengkap dan tentunya ini mengikuti juga dengan visi Kota Bogor sebagai kota layak anak dan ramah keluarga yang fokus pada kesehatan anak.
“Kita ingin agar anak-anak kita tumbuh sehat dan kuat. Maka itu harus betul-betul kita pastikan semuanya sadar,” ucapnya. Menurutnya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, adalah sosialisasi yang harus masif. Kedua, adalah administrasi. Ini penting untuk melakukan pencatatan. Sudah berapa kali, mana yang sudah lengkap, daerah mana saja, itu penting.
“Nah, ini memerlukan koordinasi dengan semua. Tidak saja dengan instansi yang ada di jajaran pemerintah kota tapi juga provinsi,” kata Bima. Yang ketiga sambungnya, adalah mobilisasi. Jadi, penting untuk bergerak serentak agar didatangkan agar diajak semuanya, dan yang sudah diwisuda atau yang sudah lengkap tadi bisa menjadi contoh bagi yang lain-lainnya.
“Garda terdepan untuk pencegahan stunting adalah posyandu. Dan saya perintahkan juga semua target cakupan itu terpampang di semua posko pokja BIAN di tingkat kelurahan, kecamatan, dan kota,” tegasnya.