Suryakencana dan Rumah Tua Kapitan Tan
Deep down below us lay a valley of eden,”
Scidmore – British Traveller tentang Buitenzorg – Catatan Perjalanan dari Tahun 1860-1930
Bangunan itu tampak anggun dan klasik dengan pagarnya yang selalu terkunci. Gaya arsitekturnya mengingatkan kita akan bangunan rumah kaum elite Bogor masa lalu dengan pengaruh gaya perpaduan Eropa dan Cina, atau paling tidak orang akan menyebut salah satunya. Bangunan tua yang menunjukkan sisa keberadaan kawasan Tionghoa Bogor itu merupakan rumah milik keluarga Kapitan Tan yang berlokasi di Jalan Surya Kencana No. 210, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Bangunan tersebut sebenarnya berarsitektur Indis yang berasal dari istilah Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda dalam Bahasa Indonesia. Suatu daerah jajahan Pemerintah Belanda di Timur jauh yang juga sering disebut Nederlandsch Oost Indie. Bagian bangunan yang mendapat pengaruh budaya barat pun masih dapat terlihat, seperti telundak (semacam teras) yang lebar, pilar-pilar besar, dan penyangga atap dari besi khas Belanda.
Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1619 dengan tujuan berdagang, tetapi kemudian malah memonopoli perdagangan lewat kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan akhirnya menjadi penguasa di bumi nusantara sampai datangnya tentara Jepang pada tahun 1942. Kehadiran orang-orang Belanda selama hampir tiga abad di Indonesia tentu memberi pengaruh pada segala macam aspek kehidupan, salah satunya dalam hal gaya arsitektur bangunan.
Lalu siapakah sebenarnya Kapitan Tan sang pemilik rumah? Yang pasti, Keluarga Tan adalah keluarga peranakan yang terkenal kaya raya dan dihormati di Hindia Belanda. Banyak anggota keluarga Tan yang menjadi Kapiten dan Luitenant di Pecinan Suryakencana. Dalam catatan di Regeringsalmanak yang mulai diterbitkan secara berkala setahun sekali sejak tahun 1825, disebutkan bahwa Kapiten Tionghoa yang dimaksud adalah Tan Goan Piauw. Ia menjabat sebagai Luitenant pada tahun 1865-1878, Kapiten pada tahun 1878-1882, serta Kapiten Titulair pada tahun 1882-1890.
Kapiten bukanlah pangkat dalam kemiliteran, akan tetapi jabatan yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu untuk mengawasi semua kegiatan yang berada di wilayah kekuasaannya.
Secara genealogis, Kapitan Tan terlahir dengan nama Tan Eng Tjoan pada tahun 1835 dari seorang ayah bernama Tan Soeij Tjoe (Pie Sin) dan ibu bernama Thung Na Nio. Ia meninggal pada tanggal 27 Oktober tahun 1889 di Buitenzorg (kini Bogor).
Selain menjadi seorang Kapiten, Tan Goan Piauw juga dikenal sebagai pendiri Gedung Dalam yang terkenal di kawasan Pecinan Suryakencana. Pemberian nama Gedung Dalam diperkirakan karena letaknya yang jauh dari jalan raya dan menjorok ke dalam. Namun sayangnya gedung tersebut kini sudah rata dengan tanah.
Menurut Krishta Paramita Kurnadi dalam Skripsinya yang berjudul Studi Lanskap Bersejarah Kawasan Pecinan Suryakencan, Bogor (2009), rumah Kapitan Tan sampai sekarang masih didiami oleh keturunan Kapiten Tan dan berada dalam kondisi yang baik. Pengelolaan bangunan tersebut dilakukan secara pribadi di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor dam sudah dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2005.